Penentuan Konsentrasi Asam Klorida dan Konstanta Ionisasi Asam Asetat dengan Metode Konduktometri dan Potensiometri - Laporan Praktikum Kimia Analitik
PENENTUAN KONSENTRASI ASAM KLORIDA DAN KONSTANTA
IONISASI ASAM ASETAT DENGAN METODE KONDUKTOMETRI
DAN POTENSIOMETRI
Admin Q[1], Eka Nurhaeni[1], Rita Merisa
S.[1], Zulhan Arif [1]
[1]Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut
Pertanian Bogor
ABSTRAK
Titrasi konduktometri
merupakan salah satu metode analisis instrumental yang paling awal dikembangkan. Metode
ini melihat perubahan dan nilai konduktivitas sebagai hasil titrasi. Prinsip titrasi
konduktometri adalah substitusi ion-ion dengan suatu konduktivitas oleh ion-ion
dengan konduktivitas yang lain. Potensiometri adalah metode analisis kimia untuk
menentukan potensial listrik dengan menggunakan elektroda. Instrumen yang digunakan
dalam potensiometri ini adalah potensiometer. Prinsip potensiometri didasarkan pada
pengukuran potensial listrik antara elektroda indikator dan elektroda yang
dicelupkan pada larutan. Standardisasi larutan NaOH dengan
(COOH)2.2H2O dilakukan baik dengan metode potensiometri
dan konduktometri. Penentuan konsentrasi asam monovalen yaitu HCl dengan NaOH
dilakukan dengan metode potensiometri dan konduktometri. Penentuan konstanta
ionisasi CH3COOH dilakukan dengan metode potensiometri dan
konduktometri. Uji F dan uji T dilakukan dalam membandingkan kedua metode
pada standardisasi larutan NaOH dan penentuan konsentrasi asam monovalen yaitu
HCl. Penentuan konstanta ionisasi CH3COOH dilakukan dengan kedua
metode, dimana metode potensiometri memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan metode
konduktometri.
Kata kunci: konduktometri, konstanta ionisasi, potensiometri, uji T, uji F
PENDAHULUAN
Titrasi konduktometri merupakan
salah satu metode analisis instrumental yang
paling awal dikembangkan. Metode ini melihat perubahan dan nilai konduktivitas
sebagai hasil titrasi (Citated). Pengukuran konduktometer dapat
digunakan pada titrasi kuantitatif larutan ionik dimana nilai konduktansi
larutan beragam saat sebelum dan sesudah titik ekuivalen, sehingga dua garis
berpotongan dapat ditarik untuk menunjukkan titik akhir (Citated). Nilai konduktansi bergantung pada jumlah, ukuran, muatan ion yang
terlibat, dan juga karakterisasi pelarut. Nilai konduktansi akan berubah secara
linier bila satu ion diganti oleh ion yang berbeda selama titrasi (Citated). Bentuk kurva titrasi bergantung pada spesies yang ada selama
proses titrasi dan faktor lainnya seperti viskositas, konstanta dielektrik
pelarut yang digunakan, kelarutan, ikatan ion dengan pasangannya, dan transfer
proton yang terjadi (Citated).
Potensiometri adalah metode
analisis kimia untuk menentukan potensial listrik dengan menggunakan elektroda. Instrumen
yang digunakan dalam potensiometri ini
adalah potensiometer. Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persamaan
Nernst dengan cara pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada
kondisi arus nol. Persamaan Nersnt memberikan hubungan antara potensial relatif
suatu elektroda dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dengan larutan.
Dengan pengukuran potensial reversible
suatu elektroda, maka perhitungan
aktivitas suatu komponen dapat dilakukan. Prinsip potensiometri didasarkan pada pengukuran
potensial listrik antara elektroda indikator dan elektroda yang dicelupkan pada
larutan. Untuk mengukur potensial pada elektroda indikator harus digunakan
elektroda standar yang berfungsi sebagai pembanding dimana harga potensialnya
tetap selama pengukuran. Elektroda indikator ini sebagai elektroda pengukur dan
elektroda yang dicelupkan merupakan elektroda pembanding (Citated).
Potensiometri
dibagi menjadi potensiometri langsung dan tidak langsung atau titrasi
potensiometri (Citated).
Metode langsung berdasarkan pada perbandingan antara potensial yang terjadi
saat elektroda indikator dicelupkan pada larutan uji potensial dengan ketika
elektroda dicelupkan pada larutan standar analit. Dalam metode titrasi
potensiometri, potensial diukur setelah penambahan tiap tetes berurutan dari
titran, dan pembacaan potensial yang diperoleh dijadikan grafik bersama volume
titran untuk memperoleh kurva titrasi. Praktikum ini bertujuan
menentukan konsentrasi HCl juga konstanta ionisasi CH3COOH dengan
metode potensiometri dan konduktometri, serta membandingkan metode mana yang
lebih baik digunakan dalam penentuan tersebut.
METODE
Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu akuades, larutan asam
oksalat 0,1 M, larutan NaOH 0,1
M, larutan HCl, larutan CH3COOH, larutan KCl,
buffer pH 7, dan buffer pH 4. Alat-alat yang
digunakan, yaitu magnetic stirrer,
pipet volumetrik, hot plate, gelas piala, pH meter, buret, konduktometer, potensiometer, labu ukur, dan pipet tetes.
Prosedur
Metode Konduktometri
Percobaan Percobaan
diawali dengan dikalibrasinya pH meter yang akan digunakan dengan larutan KCl.
Setelah dilakukannya kalibrasi alat, percobaan selanjutnya adalah standardisasi
larutan NaOH dengan asam oksalat 0,1 M yang merupakan larutan baku.
Standardisasi larutan NaOH diawali dengan preparasi larutan asam oksalat.
Larutan asam oksalat 0,1 M dipipet sebanyak 10 mL yang kemudian dimasukkan ke dalam
gelas piala dan ditambahkan air sebanyak 90 mL. Magnetic stirrer ditambahkan ke dalam gelas piala berisi larutan
asam oksalat yang sebelumnya telah diencerkan. Gelas piala berisi larutan asam
oksalat diletakkan diatas hot plate,
dibawah buret, kemudian elektroda dimasukkan kedalam gelas piala tersebut.
Nilai potensial perlu dibaca terlebih dahulu sebelum ditambahkannya NaOH. NaOH
ditambahkan secara berkala sampai 15 mL, dan nilai konduktan dibaca setiap
penambahan 0,5 mL NaOH.
Penentuan
konsentrasi larutan HCl dengan NaOH dawali dengan preparasi larutan HCl.
Preparasi larutan HCl yang akan dititrasi dengan NaOH sama halnya dengan
preparasi larutan (COOH)2.2H2O, hanya saja larutan yang
digunakan yaitu larutan HCl. Sebelum penambahan NaOH, nilai konduktan HCl perlu
dibaca terlebih dahulu. NaOH ditambahkan secara berkala sampai 20 mL, nilai
konduktan larutan HCl dibaca setiap penambahan 1 mL pada 1-5 mL penambahan
NaOH, kemudian pada 5-15 mL nilai konduktan dibaca setiap penambahan 0,5 mL
NaOH dan pada 16-20 mL nilai konduktan dibaca setiap penambahan NaOH 1 mL.
Prosedur yang sama digunakan juga untuk penentuan Ka CH3COOH, hanya
saja nilai konduktan dibaca setiap penambahan NaOH 0,5 mL pada 0-20 mL.
Pengukuran dilakukan triplo untuk masing-masing percobaan tersebut.
Metode Potensiometri
Percobaan diawali
dengan dikalibrasinya pH meter yang akan digunakan dan standardisasi larutan
NaOH. Larutan buffer pH 7 dan larutan buffer pH 4 digunakan untuk kalibrasi pH
meter. Standardisasi larutan NaOH dilakukan dengan dua cara yaitu titrasi
dengan metode potensiometri dan titrimetri. Titrasi dengan metode potensiometri
diawali dengan preparasi larutan asam oksalat. Larutan asam oksalat 0,1 M
dipipet sebanyak 10 mL yang kemudian
dimasukkan ke dalam gelas piala dan ditambahkan air sebanyak 90 mL. Magnetic stirrer ditambahkan ke dalam
gelas piala berisi larutan asam oksalat yang sebelumnya telah diencerkan. Gelas
piala berisi larutan asam oksalat diletakkan di atas hot plate, di bawah buret, kemudian elektroda dimasukkan ke dalam
gelas piala tersebut. Nilai potensial perlu dibaca terlebih dahulu sebelum
ditambahkannya NaOH. NaOH ditambahkan secara berkala sampai 18 mL, nilai potensial
dibaca setiap penambahan 0,5 mL NaOH pada 1-9 mL pertama, pada saat 9-11 mL
nilai potensial dibaca setiap penambahan 0,1 mL NaOH, kemudian pada 11-18 mL
dibaca setiap penambahan 0,5 mL NaOH.
Penetuan larutan HCl
dengan NaOH dawali dengan preparasi larutan HCl. Preparasi larutan HCl yang
akan dititrasi dengan NaOH sama halnya dengan preparasi larutan (COOH)2.2H2O,
hanya saja larutan yang digunakan yaitu larutan HCl. Sebelum penambahan NaOH,
nilai potensial HCl perlu dibaca terlebih dahulu. NaOH ditambahkan secara
berkala sampai 11 mL, nilai potensial larutan HCl dibaca setiap penambahan 1 mL
pada 1-5 mL, kemudian pada 5-9 mL potensial dibaca setiap penambahan 0,5 mL
NaOH, serta pada 9-11 mL nilai potensial dibaca setiap penambahan 0,1 mL NaOH. Prosedur
yang sama digunakan juga untuk penentuan Ka CH3COOH, hanya saja
nilai potensial dibaca setiap penambahan NaOH 0,5 mL. Pengukuran dilakukan
triplo untuk masing-masing percobaan tersebut.
PEMBAHASAN
Prinsip titrasi
konduktometri adalah substitusi ion-ion dengan suatu konduktivitas oleh ion-ion
dengan konduktivitas yang lain (Citated). Percobaan-percobaan yang dilakukan pada titrasi konduktometri
sama halnya dengan percobaan yang dilakukan pada metode potensiometri, yaitu
standardisasi NaOH dengan asam oksalat, penentuan konsentrasi asam monovalen
yaitu HCl dengan NaOH, dan penentuan nilai Ka CH3COOH dengan NaOH.
Masing-masing percobaan, setiap analat yang berada di gelas piala dimasukkan magnetic stirrer dan diaduk selama
proses titrasi, hal ini bertujuan agar larutan homogen dan pengukuran menjadi
lebih akurat. Percobaan yang pertama yaitu standardisasi NaOH dengan asam
oksalat. Larutan NaOH perlu distandardisasi karena NaOH sendiri merupakan
senyawa higroskopis, yaitu senyawa yang mudah menyerap molekul air dari
lingkungannya, sehingga konsentrasinya sendiri seringkali berubah saat sedang
tidak digunakan, oleh karena itu NaOH perlu distandardisasi terlebih dahulu. Instrumen
dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan larutan buffer (KCl) agar diperoleh
hasil ketelusuran pengukuran sehingga diketahui seberapa jauh perbedaan atau
penyimpangan antara nilai sebenarnya dengan nilai yang terukur.
Titik ekuivalen yang
didapat pada standardisasi NaOH dengan (COOH)2.2H2O pada
ulangan 1, 2, dan 3, yaitu 6,0 mL, 5,5 mL, dan 6,0 mL, seperti yang terdapat
pada Lampiran 1. Pada Lampiran 5 menunjukkan konsentrasi NaOH dari hasil
standardisasi NaOH dengan metode konduktometri, diperoleh rerata konsentrasi
NaOH 0,1717 M dengan
ketelitian 94,93%. Penentuan
konsentrasi HCl dengan NaOH menggunakan metode konduktometri, berdasarkan
tabel titrasi HCl dengan NaOH metode
konduktometri dapat dilihat pada Lampiran 6, didapatkan titik ekuivalen pada ulangan
1, 2, 3 yaitu 9,0 mL, 9,5 mL, dan 9,0 mL. Konsentrasi HCl yang didapatkan
berdasar tabel penetapan konsentrasi HCl dengan NaOH dengan metode
konduktometri pada Lampiran 10 yaitu menghasilkan rerata 0,1574 M dengan ketelitian 97,14%.
Penentuan nilai
konstanta ionisasi CH3COOH berdasarkan tabel penetapan konstanta
ionisasi asam asetat dengan metode konduktometri pada Lampiran 11 didapatkan
titik ekuivalen saat penambahan NaOH pada ulangan 1, 2, 3, yaitu 1,5 mL, 0,5 mL,
dan 1,0 mL. Konsentrasi CH3COOH yang didapatkan berdasar tabel
penentuan konstanta asam lemah dengan metode konduktometri pada Lampiran 15
yaitu, 0,0172 M dengan
ketelitian 97,14%.
Konstanta ionisasi CH3COOH yang didapatkan berdasar tabel penentuan
konstanta ionisasi asam asetat dengan metode konduktometri seperti pada
Lampiran 16 adalah 3,41´10-3
dengan ketelitian 58,17%. Konstanta ionisasi
CH3COOH yang didapat hasil percobaan memiliki perbedaan yang cukup
signifikan dengan Konstanta ionisasi CH3COOH yang didapat dari
literatur yaitu 1,8 x 10-5 (Citated).
Metode potensiometri yang digunakan dalam
percobaan adalah titrasi potensiometri, dimana potensial diukur setelah
penambahan tiap tetes berurutan dari titran, dan pembacaan potensial yang
diperoleh dijadikan grafik bersama volume titran untuk mendapatkan kurva
titrasi (Citated). Titik
ekuivalen suatu reaksi kimia adalah suatu titik ketika asam dan basa dalam
jumlah yang sama telah bercampur, dengan kata lain mol asam sama dengan mol
basa dalam persamaan kimia nya (Citated). Penentuan titik ekuivalen dalam metode potensiometri ditentukan
ketika terjadi perubahan signifikan pada pengukuran pH nya. Menurut Citated, titik akhir titrasi potensiometri berlaku lebih luas
dan memberikan data yang lebih akurat dibandingkan metode titrasi indikator.
Hal tersebut sangat berguna untuk titrasi larutan berwarna serta untuk
mendeteksi keberadaan spesies yang tidak diduga dalam larutan. Titrasi
potensiometri ini mempunyai bebrapa kekurangan, diantaranya lebih memakan waktu
dibandingkan titrimetri, diperlukan perhitungan yang rumit, dan konsentrasi
sampel harus diketahui. Percobaan menggunakan potensiometer dilakukan kalibrasi
dan standardisasi terlebih dahulu dengan tujuan yang sama seperti percobaan
menggunakan konduktometer. Larutan dicelupkan magnetic stirrer agar larutan menjadi homogen selama proses
titrasi.
Percobaan
potensiometri diawali dengan distandardisasinya larutan NaOH. Larutan NaOH
distandardisasi dengan metode potensiometri dengan menggunakan larutan baku,
yaitu asam oksalat (COOH)2.2H2O. Hasil standardisasi NaOH
dengan asam oksalat menunjukkan volume titik ekuivalen terjadi saat penambahan
NaOH pada ulangan 1, 2, dan 3 adalah 6,5 mL, 16,0 mL, 9,0 mL, merujuk pada
Lampiran 29. Rerata konsentrasi NaOH yang didapat yaitu 0,1091 M, dengan
ketelitian 58,20% (Lampiran
29). Penentuan titik ekuivalen pada titrasi potensiometri juga dapat ditentukan
dengan cara melihat kurva titrasi yang dihasilkan dari data standardisasi,
yaitu dengan cara melihat titik yang turun pertama secara signifikan, seperti
pada Lampiran 18, Lampiran 22, dan Lampiran 26. Penentuan titik ekuivalen juga
dapat ditentukan dengan cara melihat kurva titrasi turunan pertama dan turunan
kedua (Lampiran 19, Lampiran 20, Lampiran 23, Lampiran 24, Lampiran 27, dan Lamiran
28).
Percobaan
selanjutnya adalah titrasi asam monovalen yaitu HCl dengan NaOH metode
potensiometri. Penentuan titik ekuivalen pada titrasi HCl dapat dilakukan
dengan cara yang sama dengan penentuan titik ekuivalen pada standardisasi NaOH
dengan metode potensiometri. Titik ekuivalen titrasi HCl dengan NaOH menggunakan
metode potensiometri pada ulangan 1, 2, 3, yaitu 4,0 mL, 5,0 mL, 4,0 mL, dapat
dilihat pada Lampiran 30, Lampiran 34 , dan Lampiran 38. Merujuk pada Lampiran 42, konsentrasi HCl
yang diperoleh menggunakan NaOH terstandardisasi menghasilkan rerata 0,0472 M,
dengan ketelitian 86,62%. Penentuan Ka CH3COOH juga dapat ditentukan
menggunakan NaOH sebagai titran dengan metode potensiometri. Titik ekuivalen
yang didapat pada penentuan Ka CH3COOH pada ulangan 1, 2, dan 3,
yaitu 8,0 mL, 8,0 mL, 14,5 mL, seperti pada Lampiran 43, Lampiran 45, dan
Lampiran 47. Penentuan Ka CH3COOH dengan metode potensiometri menghasilkan
rerata Ka CH3COOH 2,60 ´ 10-5 dengan ketelitian 18,07% serta ketepatan 54,17%, merujuk
pada Lampiran 49. Nilai Ka hasil percobaan yang didapat ini memiliki perbedaan
yang tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan literatur yaitu 1,8 × 10-5
(Citated).
Berdasarkan tabel data standardisasi NaOH
metode potensiometri dan konduktometri, merujuk pada Lampiran 50, dilakukan uji
T dan uji F pada selang kepercayaan 95%, diperoleh hasil bahwa metode
potensiometri dan konduktometri menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan
antara masing-masing variable
independen dan dependen, dikarenakan nilai F hitung lebih besar dibandingkan
nilai F tabel. Berdasarkan tabel perbandingan konsentrasi HCl dengan metode potensiometri
dan konduktometri, seperti pada Lampiran 51, dilakukan uji T dan uji F pada
selang kepercayaan 95%, diperoleh hasil bahwa metode potensiometri dan
konduktometri menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara
masing-masing variable independen dan
dependen, dikarenakan nilai F hitung lebih besar dari F tabel. Berdasarkan
tabel perbandingan nilai konstanta ionisasi asam asetat secara potensiometri
dan konduktometri, merujuk pada Lampiran 52, dilakukan uji F dan uji T pada
selang kepercayaan 95% maka diperoleh hasil bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara masing-masing variable independen dan dependen.
Metode yang lebih
baik adalah metode potensiometri, hal tersebut ditunjukkan dari standar deviasi
yang didapatkan pada penentuan konstanta ionisasi CH3COOH, metode
potensiometri menghasilkan standar deviasi 2,13 x 10-5, sedangkan
metode konduktometri menghasilkan standar deviasi 0,0045. Beberapa kesalahan
yang menyebabkan ketelitian serta ketepatan tidak maksimal pada percobaan
konduktometri maupun potensiometri, diantaranya kesalahan paralaks saat membaca
volume titran, kondisi alat yang tidak baik, proses kalibrasi tidak dilakukan
dengan baik, dan pengadukan yang kurang baik.
SIMPULAN
Metode potensiometri dan konduktomteri dapat digunakan untuk penentuan konsentrasi suatu larutan baik yang bersifat basa maupun asam, yang kekuatannya kuat maupun lemah. Konsentrasi HCl diperoleh menggunakan metode konduktometri dan potensiometri. Perbandingan metode menggunakan uji T dan uji F dapat disimpulkan bahwa metode potensiometri lebih baik dibandingkan metode konduktometri, karena ketepatan potensiometri lebih tinggi dibandingkan konduktometri. Hal tersebut juga dibuktikan saat penentuan nilai Ka CH3COOH, bahwa standar deviasi yang dihasilkan metode potensiometri lebih kecil dibandingkan standar deviasi konduktometri.
[Note]
- Sitasi sengaja tidak ditampilkan karena alasan tertentu
- Lampiran dapat diunduh dengan mengklik di sini
- Bagi kalian yang belum paham cara menggunakan link, bisa buka tutorial di sini ya
- Jika ada yang ingin ditanyakan silakan komen di bawah gaes
- Format belum seluruhnya sesuai standar IPB ya
- Semoga bermanfaat! Barakallah
Cheers!
-Admin Q
Cheers!
-Admin Q
mantap.. Lanjutkan
ReplyDelete