Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit dan Trikalsium Fosfat - Laporan Praktikum Sintesis Kimia Anorganik
SINTESIS DAN KARAKTERISASI
HIDROKSIAPATIT (HAp) DAN TRIKALSIUM FOSFAT (TCP)
Admin Q[1], Dhea Demitri[1],
Khofifah[1], Zaki Mubarok[1], Ratna Salsa[1],
Syahrul Ramdhan[1], Nyimas Qonitah[1], Alvian Dea[1], Elfa
Aida[1], Eva N. Sabila[1], Ikhwan Khoerul[1],
Muhammad Khaffin[1], Nabilah Mustika[1]
[1]Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut
Pertanian Bogor, Kampus
IPB Dramaga, Bogor 16680, Indonesia
ABSTRAK
Hidroksiapatit
(HAp) adalah biokeramik yang mempunyai kandungan terbanyak berupa kalsium
fosfat. Tricalsium phosphate (TCP) adalah biomaterial sintetik yang memiliki kemampuan untuk
berinteraksi dengan jaringan tubuh manusia. Sintesis HAp dan TCP pada praktikum ini menggunakan metode presipitasi. Kadar
kalsium yang diperoleh dari HAp yaitu sebesar 38,00%, sedangkan kadar fosfor
yang diperoleh sebesar 13,33%. Kadar Ca pada TCP sebesar 44,08%, sedangkan
kadar fosfor diperoleh sebesar 14,30%. Rasio Ca/P ditentukan dengan menggunakan
kadar kalsium dan fosfor yang diperoleh, sehingga rasio Ca/P pada HAp adalah
rasio 2,96. Rasio Ca/P pada TCP diperoleh sebesar 3,03. Karakterisasi produk
menggunakan FTIR, menunjukkan bahwa HAp berhasil terbentuk, sedangkan TCP
tidak.
Kata kunci: fosfor, FTIR,
hidroksiapatit, kalsium, tricalsium phosphate
PENDAHULUAN
Biomaterial secara umum adalah
suatu material tak-hidup yang digunakan sebagai perangkat medis dan mampu
berinteraksi dengan sistem biologis (Citated). Adanya interaksi ini mengharuskan setiap biomaterial memiliki
sifat biokompatibilitas, yaitu kemampuan suatu material untuk bekerja selaras
dengan tubuh tanpa menimbulkan efek lain yang berbahaya. Bidang biomaterial mengarah pada ilmu material dan
bidang ilmu biologi serta kimia. Jenis-jenis biomaterial berdasarkan bahan
materialnya, antara lain biologam, biopolimer, biokeramik, dan biokomposit (Citated).
Hidroksiapatit (HAp) adalah
biokeramik atau senyawa anorganik yang mempunyai kandungan terbanyak berupa
kalsium fosfat. Tulang dan gigi manusia mengandung Hidroksiapatit dengan rumus
kimianya Ca10(PO4)6(OH)2. Sifat-sifat dari hidroksiapatit adalah berpori,
terserap tulang, bioaktif, tidak korosi, inert, dan tahan aus (Citated). Hidroksiapatit mempunyai
kandungan kimia yang sama dengan tulang yaitu kalsium dan fosfat, sehingga
mampu berikatan secara langsung dengan jaringan tubuh makhluk hidup.
Hidroksiapatit adalah biokeramik yang paling banyak diteliti dan digunakan
dalam berbagai aplikasi biomedis, terutama dalam bidang ortopedi dan kedokteran
gigi (Citated). Tricalsium phosphate (TCP) adalah
biomaterial sintetik yang memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan jaringan
tubuh manusia (Citated).
Jika dibandingkan dengan biomaterial lain, seperti alumina, zitkonia, dan HAp,
sifat kimia TCP mirip dengan fase mineral tulang (Citated). Penggunaan TCP mempunyai beberapa keunggulan
dibandingkan metode-metode sebelumnya. Trikalsium fosfat banyak digunakan
sebagai implan pada tulang manusia yang mengalami kekurangan kalsium. Sintesis
Hap dan TCP dapat menggunakan beberapa metode, diantaranya metode presipitasi,
metode kering, metode hidrotermal, dan lain-lain. Praktikum ini bertujuan menyintesis
dan mengkarakterisasi hidroksiapatit (HAp) dan trikalsium fosfat (TCP) dari
cangkang telur ayam, cangkang telur bebek, kapur tohor, dan kapur sirih.
METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada sintesis HAp dan
TCP, yaitu oven, kapur tohor, cawan
porselen, batang pengaduk,
gelas piala, tanur, corong Buchner dan pompa vakum, hot plate dan magnetic stirrer, buret, neraca
analitik, sentrifuse dan tabungnya, termometer, statif, labu takar, dan corong. Bahan-bahan yang digunakan pada
sintesis HAp dan TCP, yaitu Na2HPO4.2H2O, NaOH 3 M, akuades, cangkang
telur ayam, cangkang telur bebek, HNO3 pekat, dan indikator pH
universal.
Alat-alat yang digunakan pada penentuan kadar
Ca dan P, yaitu erlenmeyer, buret, pipet Mohr, pipet volumetrik, bulp, gelas piala,
hot plate, pengaduk kaca, pipet tetes,
labu takar, corong, neraca analitik, sudip, spektrofotometer Vis dan AAS,
tabung reaksi, ayakan 100 mesh, dan lumpang mortar. Bahan-bahan yang digunakan
pada penentuan kadar Ca dan P, yaitu HCl pekat, larutan CaCO3 atau CaCl2 0.01
M, akuades, larutan HNO3 65%, amonium heptamolibdat, amonium
metavanadat, KH2PO4, dan larutan H2SO4
pekat.
Prosedur
Percobaan dimulai
dengan preparasi prekursor Ca dari cangkang telur. Cangkang telur dibersihkan
dan dikeringkan dalam oven selama 1 jam. Kemudian ditumbuk menjadi serbuk.
Serbuk cangkang diayak sehingga didapatkan serbuk berukuran 100 mesh. Kandungan
CaCO3 pada cangkang telur dikalsinasi menjadi CaO. Cawan porselin
dibilas dengan HNO3 pekat, kemudian serbuk cangkang dimasukkan ke
dalam cawan porselin dan dipanaskan dalam tanur pada suhu 900 °C selama 3 jam.
Padatan CaO disimpan ke dalam wadah kaca. Serbuk CaO yang telah diperoleh
kemudian dikonversi menjadi Ca(OH)2 melalui reaksi eksotermik dengan
air. Larutan Ca(OH)2 dibuat dengan konsentrasi yang sesuai untuk
sintesis HAp 0,5 M dan TCP 0,5 M.
Sintesis hidroksi
apatit (HAp) diawali dengan larutan Na2HPO4 0,3 M (A) dan
Ca(OH)2 0,5 M (B) dibuat dari cangkang telur ayam dan bebek dalam
labu takar 100 mL. Larutan A dimasukkan ke dalam buret dan larutan B ke dalam
gelas piala. Ssecara perlahan larutan A diteteskan ke dalam larutan B
menggunakan buret dengan kondisi suhu dijaga 60 ± 2 °C sambil diaduk dengan pengaduk
magnet. Selama penambahan larutan A, nilai pH dijaga agar tetap 10 dengan
menambahkan NaOH 3 M, pH dicek dengan menggunakan indikator pH universal. Campuran
dibiarkan bereaksi pada suhu dan pH terkontrol serta tetap diaduk selama 45
menit. Campuran hasil reaksi dibiarkan dan diendapkan selama 1 jam pada suhu
kamar. Endapan disaring dan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu
105 °C. Setelah kering kemudian endapan ditumbuk halus dengan mortar. Hasil
yang sudah halus kemudian dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 900 °C selama 2
jam. Serbuk HAp dibiarkan mendingin dalam tanur, setelah dingin HAp disimpan di
dalam desikator.
Sintesis
trikalsium fosfat larutan Na2HPO4 0,4 M (A) dan Ca(OH)2 0,5 M (B) dibuat dari
cangkang telur ayam dan bebek dalam labu takar 100 mL. Masukkan larutan A ke
dalam buret dan larutan B ke dalam gelas piala. Secara perlahan larutan A diteteskan
ke dalam larutan B menggunakan buret dengan kondisi suhu ruang sambil diaduk
dengan pengaduk magnet. Selama penambahan larutan A, nilai pH dijaga agar tetap
8 dengan menambahkan NaOH 3 M, pH dicek dengan menggunakan indikator pH
universal. Campuran dibiarkan bereaksi pada pH 8 serta tetap diaduk selama 45
menit. Campuran hasil reaksi dibiarkan dan diendapkan selama 1 jam pada suhu
kamar. Endapan disaring dan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu
105 °C. Setelah kering kemudian endapan ditumbuk halus dengan mortar. Hasil
yang sudah halus kemudian dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 700 °C selama 2
jam. Serbuk TCP dibiarkan mendingin dalam tanur, setelah dingin TCP disimpan dalam
desikator.
Penentuan kadar kalsium
HAp dan TCP dimulai dengan preparasi sampel. Sampel ditimbang sebanyak 0,1 gram
ke dalam tabung digest, kemudian
ditambahkan HNO3 5 mL. Campuran diaduk hingga homogen. Tabung digest tersebut diletakkan ke balok digest serta dioven dengan suhu 100 oC
selama 1 jam. Setelah dioven balok digest
tersebut didinginkan. Sampel tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL
dan ditambahkan 10 mL akuades, lalu ditera menggunakan akuades. Proses
berikutnya yaitu standardisasi EDTA dengan CaCl2. Sebanyak 10 mL
CaCl2 0,01 N dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, lalu ditambahkan
0,5 mL larutan buffer amonium pH 10.
Erio-T ditambahkan tiga tetes, kemudian dititrasi menggunakan EDTA hingga
terjadi perubahan warna dari merah ke biru. Kadar kalsium ditentukan dengan
cara, sampel diambil sebanyak 5 mL dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL.
Sampel tersebut ditambahkan 0,5 mL larutan buffer
pH 10. Sebanyak tiga tetes Erio-T ditambahkan, lalu dititrasi menggunakan
EDTA yang telah distandardisasi.
Penentuan kadar
fosfor HAp dan TCP menggunakan metode wet
digest. Sebanyak 0,5 gram contoh ditimbang dalam tabung digest lalu ditambahkan 5 mL larutan H2SO4
dan diaduk secara perlahan. Tabung digest
diletakkan di atas blok digest yang
telah mencapai suhu 100oC dan dibiarkan mengalami sirkulasi pelarut
selama 30 menit, lalu aduk secara perlahan. Suhu ditingkatkan menjadi 200oC
dan dibiarkan selama 30 menit. Sebanyak 5 mL asam sulfat ditambahkan disertai
dengan pembilasan pada dinding tabung digest.
Pasang kembali tabung digest diatas
blok digest yang suhunya telah dinaikkan
menjadi 250oC, lalu dibiarkan selama 1 jam. Suhu kembali dinaikkan
menjadi 300oC lalu dibiarkan selama 1 jam, kemudian pada suhu 430oC
digest dilakukan selama 2 jam. Tabung
digest diangkat dari blok digest dan dibiarkan menjadi dingin
dalam suhu ruang selama 15 menit, lalu tambahkan 10 mL air deionisasi.
Larutan
dalam tabung digest dituangkan ke
dalam labu takar 100 mL secara kuantitatif lalu ditera dengan air deionisasi.
Larutan disimpan dalam gelas piala 250 mL dan dibiarkan selama 1 jam, lalu
larutan didekantasi. Larutan siap diukur kandungan P. Penentuan kadar fosfor
dilakukan dengan sebanyak 2 mL larutan dari hasil digest dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 1 mL
pereaksi amonium vanadomolibdat dan ditera menjadi 10 mL dengan air deionisasi.
Kurva standar dapat dibuat dengan memipet sebanyak 0,1 ;0,2; 0,3; 0,4; 0,5 mL,
larutan stok standar lalu ditambahkan 1 mL pereaksi amonium-vanadomolibdat dan
ditera menjadi 10 mL dengan air deionisasi. Standar dan sampel diukur
absorbannya menggunakan spektrofotometer vis pada panjang gelombang 410 nm
setelah didiamkan selama 30 menit dalam suhu ruang. Konsentrasi P dalam sampel
dapat dihitung dengan memplotkan nilai absorban sampel terhadap kurva standar
P. Karakterisasi HAp dan TCP dilakukan dengan menggunakan FTIR. Sampel yang
telah ditimbang dicampurkan dengan KBr (yang sudah dikeringkan terlebih dahulu)
dan dihaluskan. Campuran tersebut kemudian dibuat menjadi pelet dan dianalisis
menggunakan FTIR pada bilangan gelombang 4000-400 cm-1.
PEMBAHASAN
Hidroksiapatit
adalah sebuah molekul kristalin yang intinya tersusun atas fosfor dan kalsium,
molekul ini menempati 65% dari fraksi mineral yang ada pada tulang manusia.
Material ini terdapat pada struktur gigi dan email gigi manusia terutama di
dalam dentin dan enamel (Citated). Terdapat dua struktur krsital yang berbeda yang dijumpai pada HAp,
yaitu monoklinik dan heksagonal. Hasil sintesis HAp umumnya menghasilkan HAp
berstruktur heksagonal. Menurut Citated (20XX) triklasium fosfat
merupakan garam kalsium dari asam fosfat dengan rumus kimia Ca3(PO4)2.
Keramik kalsium fosfat mempunyai peran penting dalam pengembangan material
dikarenakan sifat dan kapasitas bioaktif yang tinggi untuk pertumbuhan tulang.
Selain itu, TCP juga memiliki tingkat absorbsi yang baik. Sintesis HAp dan TCP
pada praktikum ini menggunakan metode presipitasi.
Metode
presipitasi digunakan dikarenakan metode ini mudah dilakukan serta kemurnian
produk yang dihasilkan cukup tinggi. Pada tahap preparasi prekursor dari
cangkang telur bebek dan ayam, cangkang telur dibersihkan terlebih dahulu untuk
menghilangkan selaput-selaput serta kotoran yang menempel pada cangkang telur
tersebut. Pengovenan dilakukan untuk menguapkan sisa air yang masih terdapat di
cangkang telur setelah proses pembersihan. Kalsinasi dilakukan untuk
mendapatkan CaO dari CaCO3 dalam cangkang telur, dengan reaksi:
CaCO3 (s)
→ CaO (s) + CO2 (g)
Cawan porselin dibilas dengan HNO3 pekat untuk
menghilangkan logam berat atau senyawa lain agar sampel tidak bereaksi dengan
senyawa lain. Serbuk CaO dikonversi menjadi Ca(OH)2 melalui reaksi eksotermik
dengan air:
2CaO (s) +
2H2O (l) à 2Ca(OH)2 (aq)
Tahap
berikutnya yaitu sintesis HAp, dimana sintesis ini menggunakan metode titrasi.
Saat titrasi digunakan magnetic stirrer
agar larutan menjadi homogeny dengan cepat. Saat titrasi NaOH 3M ditambahkan
agar pH larutan terjaga yaitu 10. Suhu yang digunakan saat proses titrasi 60 oC
agar produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Pada proses sintesis
TCP, perlakuan yang dilakukan hampir sama pada proses sintesis HAp namun saat
titrasi pH larutan dijaga agar 8 dan produk yang dihasilkan dimasukkan ke dalam
tanur dengan suhu 700 oC. Kedua produk tersebut dimasukkan ke dalam
desikator untuk mempercepat proses pendinginan. Pada tahap penentuan kadar
kalsium, standardisasi EDTA dilakukan agar konsentrasi EDTA dapat diketahui
secara pasti. EDTA distandardisasi secara kompleksometri dengan menggunakan
larutan standar primer CaCl2 0,1 N. Larutan ammonium ditambahkan
agar pH campuran dapat disangga. Indikator metalokromik digunakan agar dapat
mengetahui titik ekuivalen dari titrasi dengan mengamati perubahan warna yang
terjadi.
Pada tahap
penentuan kadar fosfor HAp dan TCP menggunakan metode wet digest. Penambahan H2SO4 sebagai agen
digestor yaitu mendegradasi senyawa organik. Amonium vanadomolibdat digunakan
untuk mereaksikannya dengan larutan sehingga membentuk senyawa kompleks amonium
fosfomolibdat. Karakterisasi sampel menggunakan instrumen Fourier Transform Infrared (FTIR) menggunakan pelet KBr yang
sebelumnya telah dikeringkan di dalam oven. Pelet tersebut dioven agar
kandungan air yang terdapat didalamnya hilang. Air dapat mengganggu proses
analisis dengan FTIR dikarenakan air memiliki gugus OH.
Hidroksiapatit
diperoleh dengan mereaksikan 10Ca(OH)2 dengan 6(Na)2HPO4.
Rendemen yang diperoleh cukup besar, yakni 91,12% dengan ketepatan 79,68%,
seperti yang tertera pada Lampiran 1. Lampiran 2 menunjukkan kadar kalsium yang
diperoleh dari HAp yaitu sebesar 38,00%. Kadar kalsium tersebut berbeda jauh
dengan literatur, dimana berdasarkan penelitian yang dilakukan Citated (20XX) menunjukkan kadar kalsium
dari HAp sebesar 71,23%. Kurva standar penentuan konsentrasi HAp dan TCP dapat
dilihat pada Lampiran 3, dimana kurva tersebut menunjukkan semakin tinggi
konsentrasi maka semakin tinggi pula nilai absorbans nya. Lampiran 3 juga
memperlihatkan kadar fosfor yang diperoleh dari HAp yaitu sebesar 13,33%. Kadar
fosfor tersebut berbeda jauh dengan literatur, dimana kadar fosfor menurut Citated (20XX) adalah 67,22%. Rasio
Ca/P ditentukan dengan menggunakan kadar kalsium dan fosfor yang diperoleh,
seperti pada Lampiran 4, sehingga menghasilkan rasio 2,96. Literatur
menyebutkan rasio Ca/P pada HAp sebesar 1,06 (Citated).
Trikalsium
fosfat diperoleh dengan mereaksikan 3Ca(OH)2 dengan 2(Na)2HPO4.
Rendemen yang diperoleh cukup besar yakni 96,24% dengan ketepatan 79,40%,
seperti yang terlampir pada Lampiran 5. Data penentuan kadar kalsium pada TCP
dapat dilihat pada Lampiran 6, diperoleh kadar Ca sebesar 44,08%. Kadar kalsium
tersebut tidak tepat dengan yang dilaporkan oleh literatur (Wadu et al. 2018). Literatur menyebutkan
kadar kalsium dalam TCP sebesar 78,62%. Lampiran 7 menunjukkan kadar fosfor
dalam TCP diperoleh sebesar 14,30%, meskipun begitu kadar fosfor tersebut
berbeda jauh dengan yang diperoleh Citated (20XX). Kadar fosfor yang diperoleh literatur sebesar 73,75%. Rasio
Ca/P pada TCP diperoleh sebesar 3,03, seperti yang terlampir pada Lampiran 8.
Rasio tersebut berbeda dengan literatur, dimana literatur menyebutkan rasio
Ca/P pada TCP diperoleh 1,07 (Citated).
Gambar 1 Hasil
spektrum IR hidroksiapatit
Gambar 2
Hasil spektrum IR trikalsium fosfat
Karakterisasi
HAp dan TCP menggunakan instrumen Fourier
Transform Infrared (FTIR). Spektrum IR dari HAp menunjukkan beberapa
puncak, diantaranya puncak pada bilangan gelombang 961,43 cm-1;
1042,64 cm-1; 603,14 cm-1 menunjukkan bilangan gelombang
untuk gugus fosfat. Puncak untuk karbonat terdapat pada panjang gelombang
1456,78 cm-1 dan puncak gugus hidroksil pada panjang gelombang
633,51 cm-1 dan 3572,79 cm-1. Puncak-puncak yang
dihasilkan tersebut telah sesuai dengan literatur (Citated). Meskipun begitu, gugus karbonat seharusnya tidak
boleh ada dalam sampel tersebut. Hasil spektrum IR untuk TCP tidak sesuai
dengan literatur sehingga sintesis TCP tidak berhasil dilakukan. Hasil dari
percobaan yang tidak sesuai dengan literatur disebabkan oleh beberapa faktor
kesalahan. Faktor-faktor kesalahan yang terjadi, yaitu pembersihan cangkang
telur yang tidak baik, titrasi yang tidak sesuai titik ekuivalen, dan terdapat
pengotor pada saat analisis dengan FTIR.
SIMPULAN
Hidroksiapatit (HAp) telah berhasil
disintesis menggunakan metode presipitasi, sedangkan trikalsium fosfat (TCP)
tidak berhasil disintesis. Rendemen yang diperoleh untuk kedua produk cukup
besar. Kadar fosfor dan kalsium untuk kedua sampel diperoleh tidak begitu
banyak. Rasio Ca/P HAp dan TCP yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur,
disebabkan oleh beberapa kesalahan yang terjadi saat praktikum. Karakterisasi
HAp dan TCP berhasil dilakukan menggunakan instrumen FTIR.
[Note]
- Sitasi sengaja tidak ditampilkan karena alasan tertentu
- Lampiran dapat diunduh dengan mengklik di sini
- Bagi kalian yang belum paham cara menggunakan link, bisa buka tutorial di sini ya
- Jika ada yang ingin ditanyakan silakan komen di bawah gaes
- Format belum seluruhnya sesuai standar IPB ya
- Semoga bermanfaat! Barakallah
Cheers!
-Admin Q
Comments
Post a Comment